Minggu, 22 November 2015

Resensi Film Laskar Pelangi

  

Judul               :    Laskar Pelangi
Penulis             :    Andrea Hirata
Produser          :    Mira Lesmana
Sutradara         :    Riri Riza
Durasi              :    125 Menit
Pemain            :    Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian), Mahar (Veris Yamarno), Ibu Muslimah (Cut Mini), Pak Harfan (Ikranagara), Pak Mahmud (Tora Sudiro), Zulkarnaen (Slamet Rahardjo), Bapak Ikal (Mathias Muchus), Ibu Ikal (Rieke Diah Pitaloka), Ikal Dewasa ( Lukman Sardi ), Lintang Dewasa (Ario Bayu), Pak Bakri (Teuku Rifnu Wikana), Bapak Lintang (Alex Komang), Istri Pak Harfan (Jajang C.Noer), Ayah A Ling (Roby Tumewu), Kucai  (Yogi Nugraha), Syahdan (M. Syukur Ramadan), A Kiong (Suhendri), Borek (Febriansyah), Trapani (Suharyadi), Harun (Jefry Yanuar), Sahara (Dewi Ratih Ayu), Flo (Marcella), A Ling (Levina)

    Film Laskar Pelangi merupakan film yang diadaptasi dari sebuah novel yang berjudul “Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Novel Laskar Pelangi adalah karya pertama Andrea Hirata yang terbit pada tahun 2005 yang kemudian difilmkan. Sesuai dengan cerita yang terdapat dalam novel yang merupakan kisah nyata penulis (Andrea Hirata) pada masa kecilnya di Belitung. 
      Film Laskar Pelangi menceritakan kehidupan kesepuluh anak dari keluarga miskin yang bersekolah di sebuah sekolah Muhammadiyah di Belitung yang penuh dengan keterbatasan. Salah satu anak itu bernama Ikal. Ikal yang diceritakan kembali kekampung halamananya setelah melanjutkan kuliahnya diluar kota dalam perjalanan pulang ia teringat akan masa kecilnya di Belitung yang merupakan salah satu kota terindah di Indonesia .
      Ikal (Lukman Sardi) mengingat kembali pertama kali ia masuk SD Muhammadiyah yang sangat sederhana dibuka oleh 2 orang guru hebat yaitu ibu Muslimah dan pak Harfan dengan syarat siswa baru harus berjumlah 10 orang. Saat itu hari sudah siang tapi jumlah siswa yang mendaftar baru 9 orang ketika pak Harfan akan menutup sekolah tiba-tiba datang seorang siswa (Harun) menyelamatkan kesembilan anak lain yang ingin bersekolah. Itu adalah adegan yang sangat menegangkan dan penuh haru. Kesepuluh anak yang terdiri dari Ikal, Lintang, Mahar, Borek, A-Kiong, Kucai, Syahdan, Borek, Trapani, Sahara dan Harun kemudian diberi nama laskar pelangi oleh ibu Muslimah karena kesenangan mereka melihat pelangi.
        Mulailah kisah petualangan dan persahabatan mereka di SD Muhammadiyah selama 5 tahun yang dibimbing oleh ibu Muslimah dan pak Harfan yang penuh rintangan dan keterbatasan untuk mencapai mimpi mereka. Tak lupa juga kisah cinta Ikal dan A-Ling yang membuat ikal selalu datang untuk membeli kapur. Seorang anak miskin bernama Lintang yang mempunyai semangat belajar tinggi walaupun ia harus bersepeda puluhan kilometer belum lagi ada seekor buaya yang selalu menghalangi jalannya.
        Ketika laskar pelangi mengikuti lomba festival dan cerdas cermat walaupun diremehkan tapi mereka bisa menang dengan penampilan sederhana dan mengangumkan. Saat kepala sekolah telah meninggal belum lagi Lintang yang tidak bisa lagi sekolah karena ayahnya telah meninggal membuat ibu muslimah dan laskar pelangi sangat sedih. Namun, akhirnya mereka bangkit kembali untuk meraih mimpi.
        Semangat akan pendikan yang tidak pernah hilang untuk terus meraih mimpi dan akhirnya Ikal membuktikan bahwa ia bisa meneruskan kuliahnya di Paris yang selama ini ia cita-citakan.
        Film ini sangat memberikan inspirasi untuk terus semangat dan tidak pernah menyerah untuk menuntut ilmu walaupun penuh dengan keterbatasan dan rintangan serta menunjukkan keindahan pulau Belitung. Namun, tidak adanya arti bahasa melayu yang digunakan pemain berdialog sehingga banyak penonton tidak mengerti apa yang dibicarakan serta banyak adegan cerita di novel yang tidak ditayangkan.
        Saya sangat kagum dan terharu atas cerita film ini. Film ini telah memberikan banyak pelajaran untuk saya agar memiliki semangat tinggi dan tidak menyerah  dalam menuntut ilmu. Ketika menonton film ini saya merasa sangat malu dengan diri saya yang bisa menikmati pendidikan dengan mudah tapi tidak punya semangat belajar seperti laskar pelangi.
 

Menemukan Cinta Sejati dalam Ta'aruf

    Cinta sejati? Apakah kalian tahu apa itu cinta sejati (true love)? Menurut buku yang ku baca, cinta sejati yang sebenarnya dalam padangan agama itu adalah kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. bukan hanya kepada manusia. Cinta sejati adalah suatu hubungan yang selalu ingin bertemu. Istri dianggap sebagai pasangan yang membuat kita lebih kuat beribadah kepada Allah Swt.
    Guys, perkenalkan namaku Ardiansyah, dan sering di panggil Ardi. Profesiku adalah seorang pendidik di sebuah SMA ternama di Bogor. Namun, saya berasal dari Makassar. Kalian pasti tau dimana Makassar? Di umurku yang sudah hampir menginjak kepala tiga, saya masih jomblo dan yang artinya belum menemukan my true love (cinta sejatiku). Namun, itu bukanlah penghalang bagiku untuk mencari my true love, walaupun kadang masih ragu untukku segera menikah.
***
    Sebagai seorang perantau mengharuskanku berbelanja bahan-bahan kebutuhan sehari-hari, di toko yang tak jauh dari rumahku. Saking sibuknya mengingat barang apa lagi yang harus dibeli, tanpa sengaja saya menabrak seseorang.
Druuuk… Aduhhh…
“Maaf pak, saya tidak sengaja. Bapak baik-baik sajakan?” seruku dengan rasa bersalah. Kemudian, saya langsung menolong bapak itu, untuk mengambil barang-barangnya yang terjatuh.
“Iya, tidak apa-apa. Lain kali kalau lagi jalan itu hati-hati nak, jangan suka menghayal! Eh, kamu… kamu bukannya ardi?” jawab bapak itu.
“Iya aku ardi, kok bapak kenal ? (sambil berdiri dan melihat bapak itu) ini u…ustad Rahmankan? Ini betul ustad rahmankan? Kenapa ustad bisa di sini?”
Tak disangka, ternyata bapak yang ku tabrak adalah ustadku ketika di Makassar. Kami pun bercakap-cakap, karena sudah lama kami tidak bertemu.
Dari kejadian itu, saya diajak untuk mengikuti pengajian-pengajian yang diisi beliau. Suatu ketika di sebuah pengajian, saya mengetahui jika kaum laki-laki yang sudah mampu untuk menikah harus segera untuk melaksanakannya. Karena itu, sekarang saya sudah membulatkan tekad untuk segera menikah, namun saya belum menemukan wanita yang tepat sebagai pendampingku.
Karena bingung, akhirnya saya meminta saran kepada ustad Rahman untuk mencarikan seorang istri. Kemudian, ustad tersebut berkata kepadaku,
“Ardi, bagaimana kalau kamu melakukan ta’aruf saja ? “ tanyanya kepadaku.
“Ta’aruf ? apa itu ta’aruf, ustad ? Rasanya aku baru pertama kali mendengarnya.” tanyaku dengan bingung.
“Begini Ardi, ta’aruf itu adalah suatu perkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan yang sudah siap untuk menikah. Perkenalan ini tidak dilakukan dalam berdua-duaan, tapi akan di dampingi oleh pembina masing-masing. Kamu akan mengatahui indahnya pacaran setelah menikah melalui ta’aruf. Menikah dapat mehilangkan keraguan dan ketakutan yang selama ini mungkin kamu rasakan.” jelas ustad padaku.
            “Hmmm boleh juga tuh, kan tidak masalah kalau aku mencoba melakukan ta’aruf. Siapa tau dengan ini, saya bisa akan mendapatkan wanita yang selama ini saya cari.” gumamku dalam hati.
Aku pun menanyai lebih jelas lagi tentang proses ta’aruf pada ustad Rahman. Setelah mendapat penjelasan rinci tentang ta’aruf dari ustad. Dengan yakin, aku berkata "Baiklah, saya akan melakukan ta’aruf. Mohon bantuan ustad untuk membimbingku dalam segala proses ta’aruf ini !”
“Saya pasti siap membantumu dalam segala proses ta’aruf ini, Ardi. Kamu tidak perlu khwatir.” seru ustad dengan bahagia setelah mendengarkan ucapanku.
            Pertama-tama, ustad menyuruhku mengisi formulir identitas diri. Dengan semangat 45, saya mulai mengisi formulir itu dengan harapan bisa menemukan my true love yang tentunya dapat menerimaku apa adanya, bukan ada apanya.
            Dalam proses ini, pembina dari pihakku (ustad ) dengan pihak perempuan (ustazah) akan saling menukar formulir, dan akan memberikan formulir itu kepada kedua pihak. Dan akhirnya, saya mendapatkan formulir seorang wanita yang bernama Lilis. Jika saya tidak mengembalikan formulir identitas diri Lilis, ini berarti saya setuju untuk melakukan ta’aruf dengannya dan sebaliknya.
Ketika membaca formulirnya, saya sudah mulai tertarik dengannya. Akhirnya saya mensetujui untuk melakukan ta’aruf dengannya, begitu pun dengan Lilis yang juga setuju. Kemudian, ustad dan ustazah membuat perjanjian untuk mempertemukanku dengan Lilis, saya tidak sabar untuk segera bertemu walaupun didampingi masing-masing pihak pembina. Pertemuan ini dilakukan untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui yang tidak tercantum dalam biodata.
Ini awal pertemuanku, saya merasa malu, deg-degkan dan juga grogi. Namun semuanya berubah, setelah bertemu langsung dengannya.
Setelah proses tanya jawab selesai, saya yakin untuk menikahinya. Saya pun menyakinkan Lilis bahwa saya serius untuk menikahinya. Kemudian, Lilis menyarankanku untuk segera menemui orang tuanya.
Dengan penuh kegembiraan aku mengatakan, “Baiklah kalau begitu, aku pasti akan segera menemui orang tuamu.”
            Setelah pertemuan itu, saya ingin sekali bertemu kembali dengan Lilis. Untungnya, saya mempunyai alamat emailnya. Dengan rasa rindu yang mengebu-gebu, yang tidak bisa di tahan lagi. Saya mengirim pesan kepada Lilis. Walaupun, saya merasa kecewa karna Lilis tidak membalasnya, tapi itu sudah membuatku lebih lega, karna saat proses ta’aruf kami tidak boleh bertemu.
            Setelah menemukan hari yang tepat, saya bersama ustad menemui orang tua Lilis untuk melamarnya. Ketika bertemu orang tuanya, saya merasa deg-degkan, takut di tolak, bahagia, gugup, yang semuanya bercampur menjadi satu.
Awalnya orang tua Lilis merasa ragu denganku, yang tiba-tiba saja langsung datang melamar. Tapi, itu tidak membuatku menyerah dan terus meyakinkan orang tuanya bahwa saya benar-benar serius akan menikahi Lilis. Akhirnya, lamaranku di terima. Saya merasa sangat bahagia, dan segera memberi tahu kabar gembira ini kepada keluarga besarku di Makassar.
            Pada awal tahun ini, kami melaksanakan pernikahan yang sangat meriah. Walaupun, kami dipertemukan hanya dalam ta’aruf dengan waktu yang sangat singkat hanya 1 bulan. Tapi, saya yakin Lilis adalah cinta sejatiku karena jodoh tidak akan kemana-mana. “I believe, you are my true love, Lis.” bisikku kepada Lilis. Guys, ini bukan akhirku tapi awal dari cerita my true love yang sebenarnya.
 

Praktikum Biologi tentang Jaringan pada Tumbuhan

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
    Makhluk hidup tidak dapat terbentuk tanpa adanya organ pembentuk makhluk hidup. Sel merupakan unit terkecil pembentuk makhluk hidup, dimana di dalam inti sel terjadi seluruh aktivitas sel. Sel-sel hidup itu bertambah besar, sementara berlangsung pula penebalan-penebalan yang merupakan lapisan-lapisan dan lapisan-lapisan inilah yang akhirnya akan melakukan fungsinya pula dengan demikian terbentuk jaringan.
    Gabungan dari beberapa sel membentuk suatu jaringan yang akan membentuk organ, gabungan beberapa organ akan membentuk sistem organ dan gabungan dari beberapa sistem organ akan membentuk suatu individu.
    Jaringan merupakan gabungan dari beberapa sel. Tanpa adanya jaringan, maka makhluk hidup tidak dapat terbentuk. Karena itu, yang melatar belakangi kami melakukan percobaan ini agar kami mampu mengetahui dan mengenal jaringan. Serta menjelaskan jaringan yang menyusun tentang tumbuhan melalui akar, batang dan daun monokotil juga dikotil.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja penyusun jaringan pada tubuh tumbuhan monokotil dan tumbuhan dikotil?
2. Mengapa batang tanaman dikotil dapat membesar sedangkan batang monokotil tidak ?
3. Bagaimanakah perbedaan antara struktur akar, batang, dan daun antara tanaman dikotil dan tanaman monokotil?
4. Bagaimana persamaan antara struktur akar, batang, dan daun antara tanaman dikotil dan tanaman monokotil?
5. Apakah fungsi dari akar, batang dan daun tumbuhan ?

C. Tujuan Penelitian
    Tujuan dari kegiatan praktikum pada jaringan tumbuhan, antara lain:
1) Untuk menyelesaikan tugas pembuatan laporan hasil praktikum biologi.
2) Untuk mengenal dan mengamati jaringan penyusun tubuh tumbuhan melalui pengamatan preparat awetan akar, batang, dan daun jagung (monokotil) serta daun cocor bebek dan batang bayam hijau (dikotil).
3) Mengidentifikasi struktur jaringan tumbuhan dan mengaitkannya dengan fungsinya.
4) Membandingkan jaringan penyusun akar, batang, dan daun pada tumbuhan monokotil dan dikotil.
5) Mengetahui bagian-bagian jaringan pada tumbuhan monokotil dan dikotil.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

    Jaringan adalah kumpulan sel yang berhubungan erat satu sama lain dan mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Ilmu yang mempelajari tentang struktur tumbuhan disebut Histologi. Berbagai jaringan tersusun dan terorganisasi dalam bentuk organ (Campbell, 2000: 32).

     Tubuh tumbuhan terdiri atas kumpulan sel-sel yang mempunyai asal, fungsi serta struktur yang sama disebut jaringan. Berdasarkan sifat ada dua macam jaringan yang menyusun tumbuhan yaitu jaringan muda mempunyai sifat membelah, sehingga mempunyai fungsi menambah panjang akar ataupun batang, karena biasanya terdapat pada bagian ujung. Pertumbuhan yang diawali oleh jaringan yang letaknya dibagian ujung dikenal sebagai tumbuhan primer. Pada beberapa tumbuhan rumput-rumputan perpanjangan batang disebabkan oleh adanya aktifosa jaringan muda yang terdapat pada pangkal tiap buku dan pelepa daun (Pudjoarianto, 1988: 40).

    Pada tumbuh-tumbuhan, sel-sel yang membentuk jaringan muda (meristem) adalah juga dalam keadaan muda (embrional). Membran selnya demikian tipis, bentuknya menunjukkan bentuk yang teratur, antara segi empat dan kubus, sedangkan ruang sel (lumen) masih penuh dengan “protoplas” serta “vakuola” yang kecil. Dalam kondisi demikian ini sifat khusus dari jaringan muda yaitu “sel-sel yang membentuknya selalu mengadakan kegiatan-kegiatan untuk membelah”, yang dalam istilah lainnya disebut meristematis (Anto, 2010).

    Jaringan parenkim atau sering pula disebut jaringan dasar (ground tissue) merupakan suatu jaringan yang terbentuk dari sel-sel hidup dengan struktur morfologi dan fisiologi yang bervariasi dan masih melakukan segala kegiatan proses fisiologi. Walaupun struktur morfologi dan fisiologi bermacam-macam, akan tetapi pada umumnya dapat dinyatakan bahwa parenkim memiliki sifat-sifat yang sama (Sutrian, 1983:98).

Menurut (Pudjoarianto, 1988: 42), sifat-sifat jaringan meristem secara umum adalah:
1. Sel-selnya mempunyai dinding tipis
2. Bentuk sel isodimetris, dengan inti besar
3. Kaya protoplas
4. Protoplas tidak mengandung makanan cadangan dan kristal-kristal
5. Plastisida dalam bentuk proplastisida
6. Vakuola kecil-kecil

    Jaringan menurut fungsinya dibedakan menjadi dua yaitu jaringan muda atau meristem dan jaringan dewasa atau permanen (Kimball,1992). Jaringan terdiri dari jaringan muda atau meristem, jaringan  dasar atau parenkim, sklerenkim, xilem, dan floem (Brotowidjoyo, 1989).
 
    Jaringan meristem dibagi menjadi tiga yaitu meristem apikal yang terletak di ujung batang dan akar, meristem lateral yang terletak di kambium gabus dan meristem interkalar yang terletak diantara satu dan lainnya (Kimball,1992). Jaringan meristem adalah jaringan muda yang terdiri atas sel-sel yang mempunyai sifat membelah diri. Fungsinya untuk mitosis, dimana sel-selnya kecil, berdinding tipis tanpa vakuola tengah di dalamnya (Yartim, 1987). Jaringan muda yang sel-selnya selalu membelah atau bersifat meristematik. Fungsi sel meristematik adalah mitosis. Bentuk dan ukuran sama relatif, kaya protoplasma, umumnya rongga sel yang kecil (Prawiro, 1997).

    Jaringan permanen dibagi menjadi dua yaitu jaringan epidermis dan jaringan parenkim (Yartim, 1987). Jaringan permanen merupakan jaringan yang telah mengalami deferensiasi. Umumnya jaringan dewasa tidak membelah diri, bentuknya pun relatif permanen serta rongga selnya besar (Mulyani, 1980). Sel perenkim terdapat di berbagai sebagian tumbuhan, bentuknya besar-besar dan berdinding tipis (Kimball, 1991). Fungsi utama sel parenkim sebagai tempat cadangan makanan serta sebagai jaringan penyokong (Prawiro, 1997).

    Jaringan penyokong merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyokong agar tanaman dapat berdiri dengan kokoh dan kuat. Jaringan penyokong dibagi menjadi dua yaitu jaringan kolenkim dan sklerenkim (Mulyani, 1980). Jaringan kolenkim adalah jaringan penyokong yang masih muda, jaringan yang berdinding tebal terutama pada sudut-sudutnya. Jaringan sklerenkim adalah jaringan yang terdiri dari sel-sel yang sudah mati, dinding sel yang tidak elastis tetapi kuat. Dinding-dinding sel ini sangat tebal dan dibagun dalam lapis yang sama di sekitar batas sel (Mukhtar, 1992). Jaringan sklerenkim merupakan sel penunjang yang lebih umum, dinding sel sangat tebal. Sklerenkim merupakan komponen yang sangat penting pada penutup luar biji dan buah keras (Kimball, 1991). 

     Jaringan pengangkut adalah jaringan yang berguna untuk transportasi hasil asimilasi dari daun ke seuruh bagian tumbuhan dan pengangkutan air serta garam-garam mineral (Kimball, 1992). Jaringan pengangkut dibagi menjadi dua yaitu xilem dan floem, xilem merupakan jaringan kompleks yang terdiri dari sel mati maupun hidup. Floem merupakan jaringan kompleks yang tediri dari berbagai unsur dengan tipe berbeda yaitu pembuluh lapisan, parenkim serabut, dan kloroid. Sel-sel terpenting di dalam floem adalah tabung tapis (Mulyani, 1980). Xilem merupakan jaringan campuran yang terdiri atas beberapa sel yang mempunyai tipe tertentu yang paling khas. Xilem mempunyai dinding sel yang tebal. Dindingnya menebal dalam pola-pola berkas (Kimball, 1991). Xilem dan floem merupakan alat transportasi zat-zat pada tumbuhan berpembuluh. Floem berfungsi sebagai alat transportasi bagi zat-zat hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan (Kimball, 1991). Jaringan floem dibangun oleh beberapa jenis sel yaitu pembuluh tapis, parenkim, dan serabut floem. Selnya berbentuk tabung dan bagian ujung berlubang (Wilson, 1966). 

     Tumbuhan monokotil memiliki ciri-ciri batang tidak bercabang, tidak berkambium, akar serabut, pertulangan daun sejajar dan mempunyai ikatan pembuluh koklea (Mukhtar, 1992). Tumbuhan monokotil tidak memiliki cabang, ikatan pembuluh tertutup, tidak berkambium, mempunyai akar serabut, biji berkeping satu, dan jumlah biji tiga atau berkelipatan tiga (Saktiyono, 1989).


BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat
    Adapun waktu dan tempat diadakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:
Hari/ Tanggal : Rabu 31 Oktober 2012
Pukul : 07.15 – 16.00 WITA
Tempat : Laboratorium SMA Negeri 3 Poso

B. Alat dan Bahan
    Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop, pipet tetes, kaca preparat, kaca penutup, silet dan tissu. Sedangkan, bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah preparat awetan akar jagung (Zea mays root), batang jagung (Zea mays stem hipogea) dan daun jagung serta daun cocor bebek dan batang bayam hijau.

C. Prosedur Kerja
    Prosedur kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan mikroskop terlebih dahulu dan melihat kelengkapannya.
2. Meletakkan mikroskop pada meja yang datar dan memulai merangkai dan mencari cahaya dengan cara memutar cermin, kondensor dan diafragma.
3. Setelah cahaya sudah didapatkan, mengambil preparat yang akan diamati, misalnya preparat akar jagung, batang atau daun.
4. Untuk pengamatan pertama, menggunakan perbesaran kecil yaitu 5x atau 10x. Memutar makrometer untuk mendapatkan bayangan objek.
5. Memutar revolver untuk mengganti perbesaran besar yaitu 40x atau 45x. Setelah menggunakan perbesaran besar, tidak boleh lagi memutar makrometer tetapi untuk memperjelas bayangan objek digunakan mikrometer.
6. Perbesaran besar akan memperlihatkan bagian setiap kaca objek yang diamati secara jelas. Menggambil gambar hasil pengamatan untuk perbesaran besar.
7. Setelah mengamati semua preparat, membersihkan mikroskop dan menyimpan pada kotaknya dengan terlebih dahulu membersihkannya dari debu atau kotoran dengan menggunakan kain planel halus.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Preparat awetan jagung (Zea mays root)

(Foto hasil pengamatan yang diperoleh) (Gambar dari internet)
2. Preparat awetan batang jagung (Zea mays stem)

(Foto hasil pengamatan yang diperoleh) (Gambar dari internet)
3. Preparat awetan daun jagung

(Foto hasil pengamatan yang diperoleh) (Gambar dari internet)
4. Lapisan luar cocor bebek

(Foto hasil pengamatan yang diperoleh)

(Gambar dari internet)
5. Lapisan dalam (daun) cocor bebek

( Foto hasil pengamatan yang diperoleh) (Gambar dari internet)
6. Batang bayam hijau

( Foto hasil pengamatan yang diperoleh) (Gambar dari internet)



A.          Pembahasan
1.         Akar
Fungsi akar
a)    Menyerap air dan hara tanah serta mengalirkan ke batang.
b)    Menambatkan tubuh tumbuhan pada tanah atau substrat tempat hidupnya.
c)    Pada beberapa jenis tumbuhan berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan.
 Sistem Perakaran Tumbuhan
a)    Sistem Perakaran Serabut
       Sistem perakaran serabut terdapat pada tumbuhan monokotil. Akar terdiri atas sejumlah akar yang kecil, ramping dan berukuran sama. Perakaran serabut terbentuk pada waktu akar primer membentuk cabang sebanyak-banyaknya.
b)    Sistem Perakaran Tunggang
       Sistem perakaran tunggang terdapat pada tumbuhan dikotil. Akar terdiri atas sebuah akar besardengan beberapa cabang dan ranting akar, merupakan perkembangan dari akar primer dari akar yang berkecambah.
c)    Sistem Perakaran Adventif
       Sistem perakaran adventif adalah akar yang bukan merupakan akar primer, misalnya akar dari batang cangkokan, akar dari umbi batang, dan akar dari setek ranting atau batang.
Anatomi Akar
Struktur anatomi akar pada sayatan melintang akar muda akan terlihat jaringan-jaringan penyusun dari luar ke dalam sebagai berikut.
a)      Epidermis
       Tersusun atas selapis sel yang tersusun rapat, dinding sel tipis sehingga mudah ditembus air, terletak pada bagian terluar akar. Memiliki rambut akar sebagai aktivitas sel-sel di belakang titik tumbuh yang berfungsi untuk memperluas bidang penyerapan.
b)      Korteks
       Tersusun atas lapisan-lapisan sel berdinding tipis dan tidak tersusun rapat sehingga mempunyai banyak ruang antar sel untuk pertukaran zat. Fungsinya sebagai tenpat cadangan makanan.
c)       Endodermis
       Tersusun atas sel-sel yang tersusun rapat tanpa ruang antar sel. Letaknya pada bagian sebelah belakang korteks dan merupakan pemisah antara korteks dan silinder pusat. Fungsinya untuk mengatur masuknya air tanah ke dalam pembuluh pengangkut, dan untuk menyimpan zat makanan dan pemisah yang jelas antara korteks dan stele karena bentuk dan susunan selnya khas, berbeda dengan lapisan lainnya.
d)      Stele
       Stele merupakan bagian terdalam akar yang terdiri dari bermacam-macam jaringan, antara lain sebagai berikut.

1)        Perisikel
       Letaknya di lapisan terluar dari silinder pusat/stele. Fungsinya untuk membentuk cabang akar dan kambium gabus.
2)        Berkas Pengangkut
                Xilem, letaknya pada bagian tengah akar. Floem, letaknya diantara jari-jari yang dibentuk oleh xilem.
3)        Kambium
              Pada tumbuhan dikotil, antara xilem dan floem terdapat cambium. Fungsinya merupakan titik tumbuh sekunder dimana akitivitas kambium kea rah luar membentuk unsure kulit, sedangkan kearah dalam membentuk unsur kayu.
4)        Empulur
                Letaknya di bagian tengah dan diantara berkas pengangkut. Fungsinya untuk menyimpan cadangan makanan.
2.         Batang
Batang adalah bagian tubuh tumbuhan yang meliputi leher akar, batang, cabang dan ranting.
Sifat Batang
a)  Berbentuk seperti tabung (silindris)
b)  Terdiri atas ruas-ruas yang dibatasi buku-buku, pada buku-buku ini terdapat daun.
c)  Biasanya tumbuh tegak di atas tanah menuju cahaya matahari, tetapi ada beberapa yang erdapat di dalam tanah.
d)  Selalu bertambah panjang dan mengadakan percabangan.


Fungsi Batang
a)  Menyalurkan air dan garam mineral dari akar ke daun dan zat makanan dari daun ke seluruh bagian tubuh.
b)  Sebagai tempat penimbunan cadangan makanan.
c)  Tempat melekatnya daun untuk mendapatkan cahaya.
d)  Tempat melekatnya bunga agar mudah melakukan penyerbukan.
e)  Tempat melekatnya buah yang mengandung biji agar dapat terpencar.
Terdapat perbedaan antara batang dikotil dan monokotil dalam susunan anatominya.
1.         Batang Dikotil
Pada batang dikotil terdapat lapisan-lapisan dari luar ke dalam :
a. Epidermis
Terdiri atas selaput
b. Korteks
Korteks batang disebut juga kulit pertama, terdiri dari beberapa lapis sel, yang dekat dengan lapisan epidermis tersusun atas jaringan kolenkim, makin ke dalam tersusun atas jaringan parenkim.
c. Endodermis
Endodermis batang disebut juga kulit dalam, tersusun atas selapis sel, merupakan lapisan pemisah antara korteks dengan stele. Endodermis tumbuhan. Anguiospermae mengandung zat tepung, tetapi tidak terdapat pada endodermis tumbuhan Gymnospermae.


d. Stele/ Silinder Pusat
Merupakan lapisan terdalam dari batang. Lapis terluar dari stele disebut perisikel atau perikambium. lkatan pembuluh pada stele disebut tipe kolateral yang artinya xilem dan floem. Letak saling bersisian, xilem di sebelah dalam  dan floem sebelah luar.
            Antara xilem dan floem terdapat kambium intravasikuler, pada perkembangan selanjutnya jaringan parenkim yang terdapat di antara berkas pembuluh angkut juga berubah menjadi kambium, yang disebut kambium intervasikuler. Keduanya dapat mengadakan pertumbuhan sekunder yang mengakibatkan bertambah besarnya diameter batang. Pada tumbuhan Dikotil, berkayu keras dan hidupnya menahun, pertumbuhan menebal sekunder tidak berlangsung terus-menerus, tetapi hanya pada saat air dan zat hara tersedia cukup, sedang pada musim kering tidak terjadi pertumbuhan sehingga pertumbuhan menebalnya pada batang tampak berlapis-lapis, setiap lapis menunjukkan aktivitas pertumbuhan selama satu tahun, lapis-lapis lingkaran tersebut dinamakan Lingkaran Tahun.
2.  Batang Monokotil
Pada batang Monokotil, epidermis terdiri dari satu lapis sel, batas antara korteks dan stele umumnya tidak jelas. Pada stele monokotil terdapat ikatan pembuluh yang menyebar dan bertipe kolateral tertutup yang
artinya di antara xilem dan floem tidak ditemukan kambium. Tidak adanya kambium pada Monokotil menyebabkan batang Monokotil tidak dapat tumbuh membesar, dengan perkataan lain tidak terjadi pertumbuhan menebal sekunder. Meskipun demikian, ada Monokotil yang dapat mengadakan pertumbuhan menebal sekunder, misalnya pada pohon Hanjuang (Cordyline sp) dan pohon Nenas seberang (Agave sp).
3.         Daun
Daun merupakan organ tumbuhan yang mempunyai peranpenting sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis.
Fungsi Daun
 Daun berfungsi untuk membuat makanan melalui fotosintesis dan sebagai tempat pengeluaran air. Kelebihan air pada tumbuhan yang dikeluarkan melalui daun dalam bentuk uapair disebut transpirasi, apabila dikeluarkan dalam bentuk cairan disebut gutasi.
Morfologi Daun
Secara morfologi, daun lengkap memiliki bagian-bagian berupa pelepah daun, tangkai daun, dan helai daun. Sifat-sifat daun dapat diamati dari bentuk ujung daun, bentuk pangkal daun, bentuk pertulangan daun dan bentuk tepi daun. Daun monokotil bentuknya bernacam-macam,bertangkai daun dan urat daunnya menyirip atau menjari. Daun dikotil bentuknya seperti pita, pada pangkalnya terdapat lembaran yang membungkus batang, dan urat daunnya sejajar.
Anatomi Daun
a)      Struktur Daun Dikotil
  1. Epidermis
Letaknya pada permukaan atas maupun bawah daun. Fungsi utamanya untuk melindung jaringan daun di bawahnya dan menjaga bentuk daun agar tetap. Pada umumnya terdiri dari selapis sel yang dinding selnya mengalami penebalan dari kitin (kutikula) atau kadang lignin.fungsi kutikula adalah untuk mencegah terjadinya penguapan air yang terlalau besar pada daun. Terdapat stomata yang terletak pada permukaaan atas dan baeah daun, tetepi ada pula yang terdapat pada permukaan tubuh. Fungsi stomata adalah sebagai jalan masuk keluarnya udara.
2.      Mesofil ( Jaringan Dasar)
Letaknya antara epidermis atas dan epidermis bawah, dan berdiferensiasi menjadi jaringan tiang. sel-sel jaringan tiang berbentuk silinder, tersusun rapat dan mengandung banyak kloroplas. Jaringan bunga karang tersusun oleh sel-sel yang tidak teratur dan berdinding tipis, fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosíntesis.
3.   Jaringan Pengangkut
Berkas pengangkut membentuk bangunan kompleks disebut tulang daun. Letaknya pada helai daun, memepuyai satu ibu tulang dan cabang-cabang yang membentuk jala. Fungsinya mengangkut air serta zat hara dari tanah dan mengangkut hasil fotosíntesis ke bagian tubuh yang lain.
4.      Jaringan Sekretoris
Terdapat pada tumbuhan tertentu berupa sel-sel khusus, misalnya kelenjar, saluran getah dan sel-sel cristal. Letaknya pada mesofil daun.
b)       Struktur Daun Monokotil
  1. Epidermis
Letaknya pada permukaan atas maupun bawah daun. Fungsinya melindungi jaringan daun di bawahnya. Terdapat stomata yang letaknya berderet diantara daun tetapi ada juga yang hanya terdapat pada permukaan daun.
2.      Mesofil (Jaringan Dasar)
Letaknya pada cekungan diantara urat daun. Mesofil tidak berdiferensiasi menjadi jaringan tiang tetapi bentuknya seragam, fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosíntesis.
3.      Jaringan Pengangkut
Membentuk bangunan kompleks disebut tulang daun. Letaknya sejajar sumbu daun dan dihubungkan oleh berkas pengangkut kecil di antaranya. Fungsinya mengangkut hasil fotosíntesis ke bagian tubuh yang lain.
 

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
    Dari penelitian diatas dan hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Jaringan yang menyusun daun dikotil adalah epidermis, jaringan tiang,stomata, jaringan pengangkut, dan epidermis bawah.
2. Jaringan yang menyusun daun monokotil adalah epidermis, jaringan spons, stomata, jaringan pengangkut, dan epidermis bawah.
3. Jaringan yang menyusun batang monokotil adalah epidermis, korteks, danjaringan pengankut.
4. Jaringan yang menyusun batang dikotil adalah epidermis, korteks,endodermis, perisikel, dan jaringan pengankut.
5. Jaringan yang menyusun akar monokotil adalah epidermis, korteks,endodermis, cambium, dan jaringan pengangkut.
6. Jaringan yang menyusun akar dikotil adalah epidermis, korteks, endodermisdan jaringan pengangkut.

B. Saran
    Saran yang dapat penulis sampaikan untuk praadalah praktikum harus mengetahui prosedur kerja dan alat-alat yang digunakan dalam praktikum serta ketepatan dalam menyayat dan pengamatan ketika penelitian adalah hal yang paling penting karena sangat berpengaruh pada hasil pengamatan.