Minggu, 22 November 2015

Pemanfaatan Darah Sapi sebagai Pupuk Organik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
     Berdasarkan rata-rata produksinya, ternyata cabai rawit di Indonesia masih rendah dibandingkan negara-negara lain seperti Cina, Thailand, dan Turki. Di Indonesia sendiri cabai rawit sangat diperlukan oleh masyarakat. Cabai rawit merupakan salah satu hal yang harus ada hampir di semua olahan masakan dan juga sebagai salah satu bumbu masak yang selalu digunakan masyarakat Indonesia. Banyak jenis makanan Indonesia yang dibuat dengan menggunakan cabai rawit. Bagi pecinta pedas, cabai rawit adalah yang paling utama yang dicari ketika makan baik makan gorengan, ataupun cabai rawit uleg ketika makan. Tidak hanya rasanya enak, tapi cabai rawit juga meiliki banyak manfaat kesehatan. Sehingga saat ini di Indonesia sangat diperlukan cara memperbanyak produksi tanaman cabai rawit.
    Salah satu cara meningkatkan produksi cabai rawit di Indonesia adalah dengan pemupukan. Saat ini, harga pupuk anorganik di Indonesia melambung hingga tidak terjangkau sebagian masyarakat khususnya para petani cabai rawit dan penggunaannya juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan maupun kehidupan manusia. Penggunaan pupuk anorganik memberikan dampak yang cukup besar terhadap lingkungan sekitar terutama kesehatan tanah yang digunakan, yaitu menyebabkan zat hara yang terkandung di dalam tanah diikat oleh molekul-molekul kimiawi dari pupuk sehingga proses regenerasi humus tidak dapat dilakukan. Hal ini mengakibatkan ketahanan tanah atau daya dukung tanah dalam memproduksi tanaman menjadi berkurang.
    Penggunaan pupuk anorganik juga dapat mengurangi dan menekan populasi mikroorganisme tanah yang sangat bermanfaat bagi tanaman. Penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus menjadikan menguatnya resistensi hama terhadap pestisida pertanian tertentu. Minimnya ketersediaan pupuk organik yang beredar di toko-toko sarana produksi pertanian dan harga yang relatif mahal juga menjadi alasan mengapa petani lebih menyukai penggunaan pupuk anorganik. Kondisi tersebut didukung oleh keterbatasan informasi tentang penggunaan pupuk organik sebagai alternatif lain pemacu pertumbuhan dan hasil tanaman.
    Salah satu alternatif solusi yang yang bisa dilakukan adalah penggunaan pupuk yang berasal dari sumberdaya lokal di sekitar. Salah satu sumber daya lokal adalah limbah darah sapi dari rumah pemotongan hewan. Selama ini darah yang berasal dari Rumah Potong Hewan (RPH) maupun yang berasal dari pemotongan rakyat (tradisional) hanya dibuang begitu saja sehingga menimbulkan masalah bagi lingkungan maupun bagi masyarakat sekitarnya, walaupun sebagian dari RPH sudah ada yang mengolahnya lebih lanjut. Dengan mencermati fenomena tersebut, dapatlah dikatakan bahwa selama ini potensi sejumlah protein dengan nilai yang sangat berharga telah terbuang dengan percuma. Terkait dengan hal tersebut pembuangan darah di selokan-selokan dapat menjadi penyebab tersumbatnya saluran air dan merupakan media pertumbuhan mikroorganisme khususnya bakteri.
    Darah sapi dari darah limbah Rumah Potong Hewan (RPH) mengandung nitrogen, fospor, kalium serta hormon auksin untuk pertumbuhan dan unsur hara yang berguna dalam proses fisiologi tanaman. Darah sapi memiliki manfaat yakni teknologi terjangkau, pupuk efisien, ramah lingkungan, mengatasi pencemaran lingkungan, serta meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk ini diharapkan dapat berfungsi sebagai pupuk organik alternatif yang ramah lingkungan untuk mendukung peningkatan produksi tanaman cabai rawit yang berada di Indonesia.
    Pemberian pupuk atau penambahan bahan organik untuk memperbaiki kesuburan tanah juga dapat menggunakan darah sapi sebagai pupuk organic khusunya pada tanaman cabai rawit. Pemanfaatan darah disini berkaitan dengan limbah darah yang dihasilkan dari kegiatan pemotongan ternak.Oleh karena itu, kami membuat sebuah penelitian yang berjudul ”Pemanfaatan Darah Sapi sebagai Pupuk Organik pada Tanaman Cabai Rawit”.

1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiaman proses pengolahan darah sapi menjadi pupuk organik?
2. Apakah kandungan darah sapi dapat mempengaruhi pertumbuhan cabai rawit?
3. Apa manfaat penggunaan darah sapi sebagai pupuk organik di bandingkan penggunaan pupuk anorganik?

1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian darah sapi terhadap pertumbuhan tanaman cabai rawit.
2. Untuk mengetahui kandungan darah sapi dapat mempengaruhi pertumbuhan cabai rawit.
3. Untuk menggantikan pupuk anorganik menjadi pupuk organik dengan bahan utama darah sapi.
4. Untuk membantu petani dalam proses pertumbuhan cabai rawit dengan cara yang tepat tanpa memberikan banyak dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan.

1.4 Manfaat Penelitian
1. Untuk dimanfaatkan para petani dalam mengurangi penggunaan pupuk anorganik.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kandungan darah sapi sebagai pupuk organik.
3. Mengurangi dampak buruk penggunaan pupuk anorganik.
4. Membantu petani mengurangi biaya dalam pembelian pupuk.
5. Sebagai informasi atau referensi untuk penelitian selanjutnya.
6. Sebagai wadah untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk mengelola bahan alam menjadi bahan bahan yang lebih bermanfaat



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1       Pupuk Organik
Pupuk organik merupakan pupuk yang dibuat dari sisa panen, serbuk gergaji, kotoran hewan, limbah rumah tangga, dan limbah industri. Komposisi hara dalam pupuk organik sangat tergantung dari sumbernya. Menurut sumbernya, pupuk  organik dapat diidentifikasi berasal dari pertanian dan non pertanian. Dari pertanian, dapat berupa sisa panen dan kotoran ternak. Sedangkan dari non pertanian, dapat berasal dari sampah organik kota, limbah industri, dan sebagainya (Suriyadikarta, 2005).
Pupuk organik juga dapat di definisikan sebagai pupuk yang berasal dari sisa tanaman, hewan, atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk cair maupun padat. Pupuk organik bersifat bulky dengan kandungan hara makro dan mikro rendah sehingga diperlukan dalam jumlah banyak. Keuntungan utama menggunkan pupuk organik adalah dapat dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologis tanah, selain sebagai sumber hara bagi tanaman. (Suriyadikarta, 2005).
Pupuk Organik memiliki peranan yang sangat penting bagi tanah karena dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan tanah melalui perbaikan fisika, kimia dan biologi. Oleh Karena itu, pupuk yang diberikan pada tanah tersebut harus mempunyai unsur hara yang cukup agar mampu mendukung tanah dalam memenuhi kebutuhan tanaman. Pupuk organik ini merupakan pupuk slow realise atau pupuk yang terurai lambat sehingga unsur hara didalam tanah dengan menggunakan pupuk organik dapat tersedia secara terus menerus atau  dalam waktu yang lama dapat memenuhi kebutuhan tanaman akan unsur hara. Hal Ini ditunjang dari residu kimia sehingga tidak mengganggu kesehatan (Winarno,2004)
Saat ini, pembuatan pupuk organik hanya dilakukan dalam skala industri karena  minimnya tenaga kerja di pedesaan. Hanya sedikit petani yang dapat memproduksi kompos untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagian petani membeli kompos dari pabrik lokal maupun kompos impor. Pemakaian pupuk organik semakin  meningkat dari tahun ke tahun, sehingga diperlukan regulasi atau peraturan mengenai persyaratan yang harus dipenuhi oleh pupuk organik agar memberikan manfaat maksimal bagi pertumbuhan tanaman dan di sisi lain tetap menjaga kelestarian lingkungan. (Suriyadikarta, 2005)
Berdasarkan bentuk fisiknya, pupuk dibedakan menjadi pupuk padat dan pupuk cair.  Pupuk organik cair adalah larutan dari hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan dan manusia yang mengandung unsur haranya lebih cari satu unsure (Afghanaus, 2011).  Pupuk Cair Organik adalah zat penyubur tanaman yang berasal dari bahan-bahan organik dan berwujud cair (Rizal, 2012). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pupuk cair merupakan salah satu jenis proses fermentasi.
Pupuk cair darah adalah pupuk cair yang terbuat dari media darah (Iswaraorchid, 2008).  Dijelaskan lebih lanjut bahwa proses fermentasi dalam pembuatan pupuk cair darah dengan menggunakan bakteri fermentasi Effective Microorganism-4 (EM-4). 
Menurut Iswaraorchid (2008), pupuk tersebut juga dapat mengurangi timbulnya penyakit pada tanaman. Meningkatkan kualitas rasa pada sayur dan buah. Meningkatkan kemampuan menyerap nutrisi dari tanaman karena mikroba membantu menyediakan nutrisi yang siap diserap tanaman.

2.2       Darah Sapi
Isnaeni (2006) menyatakan bahwa darah adalah cairan dalam pembuluh darah yang beredar ke seluruh tubuh mulai dari jantung dan segera kembali kejantung. Darah tersusun atas cairan plasma dan sel darah (eritrosit, leukosit,dan trombosit), yang masing-masing memiliki fungsi yang berbeda. Farneret (1972) menyatakan bahwa darah terdiri dari cairan yang disuspensikan oleh elemen elemen pembentuknya. Pembentuknya yaitu plasma, dan selanjutnya yang paling banyak adalah sel darah merah atau eritrosit. Volume darah total terdapat sekitar 5-13% dari berat badan tergantung dari spesies, umur, jenis kelamin, dan status fungsional.
Menurut Suwandi (2002) peran utama darah adalah sebagai media transportasi untuk membawa oksigen dari paru-paru ke sel-sel tubuh, CO2 ke paru-paru, membawabahan makanan dari usus ke sel-sel tubuh. Mengangkut zat-zat tak terpakai sebagai hasil metabolisme untuk di keluarkan dari tubuh dan keseimbangan cairanasam-basa. Pertahan tubuh terhadap infiltrasi benda benda asing dan mikroorganisme. Darah juga berperan dalam mempertahankan keseimbangan air dan penggumpalan atau pembengkuan darah untukmencegah terjadinya kehilangan darah yang berlebihan pada waktu luka.
Tortora dan Anagnostakos (1990) mengelompokkan peranan penting darah menjadi tiga fungsi utama yaitu fungsi transportasi, fungsi pengaturan dan fungsi pertahanan tubuh. Darah mendistribusikan oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh dan mengangkut karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh keparu-paru. Makanan yang telah dicerna pada saluran pencernaan diangkut oleh darah ke seluruh sel. Darah juga mengangkut sisa metabolisme seperti urea,asam urat, creatine, air, karbondioksida dibawa keluar tubuh melalui ginjal, paru-paru, kulit dan saluran pencernaaan oleh darah. Rastogi (1977) menambahkan darah disamping itu juga berperan penting dalam mengangkut hormon dari kelenjar endokrin dan enzim ke organ-organ lain di dalam tubuh.
Rastogi (1977) menyatakan bahwa fungsi pengaturan ditujukan agar kondisi tubuh tetap dalam keadaan homeostatis. Darah dalam hal ini berperan dalam menjaga keseimbangan pH dan komposisi elektrolit dalam cairan interstisial dan mengatur suhu tubuh tetap normal dengan mendistribusikan panas ke seluruh tubuh melalui oksidasi karbohidrat dan lemak, serta menjaga keseimbangan air tubuh melalui pertukaran air antara darah dengan cairan yang terdapat pada jaringan. Fungsi ketiga yaitu fungsi pertahanan tubuh. Darah mengandung komponen-komponen yang dapat menjaga tubuh dari benda asing dan infeksi. Di samping itu, terdapat mekanisme pembekuan darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh darah untuk mencegah terjadinya kehilangan darah dalam jumlah yang banyak. Warna merah pada darah segar disebabkan oleh adanya hemoglobin dalam eritrosit (Dellmann dan Brown, 1989).
Swenson (1984) menyatakan bahwa darah pada hewan berfungsi sebagai media pembawa yaitu membawa nutrisi dari saluran pencernaan ke jaringan,hasil akhir metabolisme dari sel ke organ ekskresi, oksigen dari paru-paru ke jaringan, karbondioksida dari jaringan ke paru paru, dan sekresi kelenjar endokrin ke seluruh tubuh. Darah juga membantu regulasi suhu tubuh, menjaga keseimbangan konsentrasi air dan elektrolit di dalam sel, mengatur konsentrasi ion hidrogen tubuh dan menjaga tubuh dari mikroorganisme.
Cunningham (2002) menyatakan bahwa darah mentransportasikan substrat metabolik yang dibutuhkan oleh seluruh sel di tubuh, termasuk oksigen, glukosa, asam amino, asam lemak dan beberapa lipid. Darah juga membawa keluar beberapa produk metabolit yang dikeluarkan oleh setiap sel seperti karbondioksida, asam laktat, buangan bernitrogen dari metabolisme protein dan panas.
   Pada hewan seperti sapi, komposisi darah didalam tubuh cukup besar yaitu 3,5 – 7 % dari total berat tubuh (Abrianto, 2011).  Darah Sapi mengandu­ng energi sebesar 104 kilokalori, protein 21,9 gram, karbohidrat 0 gram, lemak 1,1 gram, kalsium 7 miligram, fosfor 24 miligram, dan zat besi 1 miligram.  Selain itu di dalam Darah Sapi juga terkandung vitamin A sebanyak 50 IU, vitamin B1 0 miligram dan vitamin C 0 miligram (Anonima, 2012)
Dari hasil analisis, Pupuk Cair dari Limbah Darah Sapi ini mengandung C-organik sebesar 0,2 %, Nitrogen (N) sebesar 5,5 %, Phospor sebesar 37,70 % dan Kalium sebesar 0,12 % (Fitri dkk, 2012).

2.3       Tanaman Cabai Rawit
Cabai rawit atau cabai kathur, adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum. Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper atau bird's eye chili pepper.

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan   :Plantae
Ordo          : Solanales
Famili        :Solanaceae
Genus        :Capsicum
Spesies       :Frutescens

Batang tanaman cabai rawit memiliki struktur yang keras dan berkayu,berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus, dan bercabang banyak. Batang utama tumbuh tegak dan kuat. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai ketinggian berkisar 30 cm–45 cm. Cabang tanaman beruas-ruas,setiap ruas ditumbuhi daun dan tunas (cabang). Daun cabai rawit berbentuk bulat telur dengan ujung runcing dan tepi daun rata (tidak bergerigi atau berlekuk). Daun berupa daun tunggal dengan kedudukan agak mendatar,memiliki tulang daun menyirip, dan tangkai tunggal yang melekat pada batang atau cabang. Bunga tanaman cabai rawit merupakan bunga tunggal yang berbentuk bintang. Bunga tumbuh menunduk pada ketiak daun, dengan mahkota berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk sendiri (self pollinated crop),Tetapi dapat juga terjadi secara silang dengan keberhasilan sekitar 56%(Cahyono, 2003)
Buah cabai rawit terbentuk setelah terjadi penyerbukan. Buah memiliki keanekaragaman dalam hal ukuran, bentuk, warna, dan rasa. Buah cabai rawit dapat berbentuk bulat pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut. Ukuran buah bervariasi, menurut jenisnya. Cabai rawit yang kecil-kecil memiliki ukuran antara 2 cm–2,5 cm dan lebar 5 mm, sedangkan cabai rawit agak besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cmdan lebar mencapai 12 mm. Biji cabai rawit berwarna putih kekuning kuningan, berbentuk bulat pipih, tersusun berkelompok (bergerombol), dan saling melekat pada empulur. Perakaran tanaman cabai rawit terdiri atas akar tunggang yang tumbuh lurus ke pusat bumi dan akar serabut yang tumbuh menyebar ke samping (horizontal). Perakaran tanaman tidak dalam sehingga tanaman hanya dapat tumbuh dan berkembang baik pada tanah  yang gembur, porous (mudah menyerap air), dan subur (Cahyono, 2003).

2.4       Hipotesis
Dari beberapa penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya penulis dapat menyimpulakan bahwa darah sapi dapat meningkatkan kadar hara tanah dan pertumbuhan tanaman sehingga dapat dijadikan pupuk organik pada tanaman khususnya cabai rawit.
 

BAB III
METODOLOGI

3.1 Populasi dan Sampel
    Direncanakan populasi penelitian ini adalah darah sapi di RPH (Rumah Pemotongan Hewan) yang berada di wilayah Kab. Poso, Sulawesi Tengah.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini direncanakan darah sapi yang diambil langsung di RPH yang ada dalam wilayah Kabupaten Poso.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
    Waktu penelitian direncanakan mulai pada bulan Februari sampai dengan Maret 2016 yang bertempat di SMAN 3 Poso, Kec. Poso Kota, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

3.3 Alat dan Bahan
    Alat yang digunakan pada penelitian ini, yaitu jergen besar, polybag ukuran besar, kompor, panci, sendok kayu, blender, alat semprot dan talang. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu darah sapi, garam dapur, dan cangkang telur.

3.4 Prosedur Kerja
1. Darah segar yang telah diperoleh dari Rumah Potong Hewan (RPH) ditampung dalam wadah seperti drum, tong ataupun panci.
2. Kedalam darah ditambahkan dengan garam dapur sebanyak 1% dari volume darah.
3. Darah segar dipanaskan di atas nyala api sedang sambil diaduk secara perlahan hingga akhirnya mengental (kira-kira selama 15-20 menit).
4. Darah yang sudah mengental (kadar air 80%) kemudian dicampur dengan cangkang telur yang telah di haluskan dengan cari di blender sebanyak 100% dari volume darah hingga membentuk seperti adonan.
5. Campuran darah dan cangkang telur yang sudah memperlihatkan warna yang berubah dari semula yang menandakan bahwa campuran tersebut sudah matang.
6. Campuran darah kemudian dijemur di bawah sinar matahari ataupun dapat pula menggunakan oven hingga kering dengan kadar air kira-kira berkisar 20%.
7. Campuran darah selanjutnya dihaluskan dengan menggunakan blender hingga konsistensinya menyerupai tepung.
8. Tepung yang sudah dihaluskan kemudian diayak dan dapat langsung diberikan pada ternak sebagai campuran pakan ternak ataupun campuran pupuk kompos.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar