Cinta sejati? Apakah kalian tahu apa itu cinta sejati (true love)? Menurut buku yang ku baca, cinta sejati yang sebenarnya dalam padangan agama itu adalah kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. bukan hanya kepada manusia. Cinta sejati adalah suatu hubungan yang selalu ingin bertemu. Istri dianggap sebagai pasangan yang membuat kita lebih kuat beribadah kepada Allah Swt.
Guys, perkenalkan namaku Ardiansyah, dan sering di panggil Ardi. Profesiku adalah seorang pendidik di sebuah SMA ternama di Bogor. Namun, saya berasal dari Makassar. Kalian pasti tau dimana Makassar? Di umurku yang sudah hampir menginjak kepala tiga, saya masih jomblo dan yang artinya belum menemukan my true love (cinta sejatiku). Namun, itu bukanlah penghalang bagiku untuk mencari my true love, walaupun kadang masih ragu untukku segera menikah.
***
Sebagai seorang
perantau mengharuskanku berbelanja bahan-bahan kebutuhan sehari-hari, di toko
yang tak jauh dari rumahku. Saking sibuknya mengingat barang apa lagi yang
harus dibeli, tanpa sengaja saya menabrak seseorang.
Druuuk… Aduhhh…
“Maaf pak, saya
tidak sengaja. Bapak baik-baik sajakan?” seruku dengan rasa bersalah. Kemudian,
saya langsung menolong bapak itu, untuk mengambil barang-barangnya yang
terjatuh.
“Iya, tidak
apa-apa. Lain kali kalau lagi jalan itu hati-hati nak, jangan suka menghayal!
Eh, kamu… kamu bukannya ardi?” jawab bapak itu.
“Iya aku ardi,
kok bapak kenal ? (sambil berdiri dan melihat bapak itu) ini u…ustad Rahmankan?
Ini betul ustad rahmankan? Kenapa ustad bisa di sini?”
Tak
disangka, ternyata bapak yang ku tabrak adalah ustadku ketika di Makassar. Kami
pun bercakap-cakap, karena sudah lama kami tidak bertemu.
Dari
kejadian itu, saya diajak untuk mengikuti pengajian-pengajian yang diisi beliau.
Suatu ketika di sebuah pengajian, saya mengetahui jika kaum laki-laki yang
sudah mampu untuk menikah harus segera untuk melaksanakannya. Karena itu, sekarang
saya sudah membulatkan tekad untuk segera menikah, namun saya belum menemukan
wanita yang tepat sebagai pendampingku.
Karena
bingung, akhirnya saya meminta saran kepada ustad Rahman untuk mencarikan
seorang istri. Kemudian, ustad tersebut berkata kepadaku,
“Ardi, bagaimana
kalau kamu melakukan ta’aruf saja ? “ tanyanya kepadaku.
“Ta’aruf ? apa
itu ta’aruf, ustad ? Rasanya aku baru pertama kali mendengarnya.” tanyaku
dengan bingung.
“Begini Ardi, ta’aruf
itu adalah suatu perkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan yang sudah
siap untuk menikah. Perkenalan ini tidak dilakukan dalam berdua-duaan, tapi
akan di dampingi oleh pembina masing-masing. Kamu akan mengatahui indahnya
pacaran setelah menikah melalui ta’aruf. Menikah dapat mehilangkan keraguan dan
ketakutan yang selama ini mungkin kamu rasakan.” jelas ustad padaku.
“Hmmm
boleh juga tuh, kan tidak masalah kalau aku mencoba melakukan ta’aruf. Siapa
tau dengan ini, saya bisa akan mendapatkan wanita yang selama ini saya cari.” gumamku
dalam hati.
Aku
pun menanyai lebih jelas lagi tentang proses ta’aruf pada ustad Rahman. Setelah
mendapat penjelasan rinci tentang ta’aruf dari ustad. Dengan yakin, aku berkata
"Baiklah, saya akan melakukan ta’aruf. Mohon bantuan ustad untuk membimbingku
dalam segala proses ta’aruf ini !”
“Saya pasti siap
membantumu dalam segala proses ta’aruf ini, Ardi. Kamu tidak perlu khwatir.”
seru ustad dengan bahagia setelah mendengarkan ucapanku.
Pertama-tama, ustad menyuruhku
mengisi formulir identitas diri. Dengan semangat 45, saya mulai mengisi
formulir itu dengan harapan bisa menemukan my
true love yang tentunya dapat menerimaku apa adanya, bukan ada apanya.
Dalam proses ini, pembina dari
pihakku (ustad ) dengan pihak perempuan (ustazah) akan saling menukar formulir,
dan akan memberikan formulir itu kepada kedua pihak. Dan akhirnya, saya
mendapatkan formulir seorang wanita yang bernama Lilis. Jika saya tidak
mengembalikan formulir identitas diri Lilis, ini berarti saya setuju untuk
melakukan ta’aruf dengannya dan sebaliknya.
Ketika
membaca formulirnya, saya sudah mulai tertarik dengannya. Akhirnya saya
mensetujui untuk melakukan ta’aruf dengannya, begitu pun dengan Lilis yang juga
setuju. Kemudian, ustad dan ustazah membuat perjanjian untuk mempertemukanku dengan
Lilis, saya tidak sabar untuk segera bertemu walaupun didampingi masing-masing
pihak pembina. Pertemuan ini dilakukan untuk menanyakan hal-hal yang ingin
diketahui yang tidak tercantum dalam biodata.
Ini
awal pertemuanku, saya merasa malu, deg-degkan dan juga grogi. Namun semuanya
berubah, setelah bertemu langsung dengannya.
Setelah
proses tanya jawab selesai, saya yakin untuk menikahinya. Saya pun menyakinkan
Lilis bahwa saya serius untuk menikahinya. Kemudian, Lilis menyarankanku untuk
segera menemui orang tuanya.
Dengan penuh kegembiraan
aku mengatakan, “Baiklah kalau begitu, aku pasti akan segera menemui orang
tuamu.”
Setelah pertemuan itu, saya ingin
sekali bertemu kembali dengan Lilis. Untungnya, saya mempunyai alamat emailnya.
Dengan rasa rindu yang mengebu-gebu, yang tidak bisa di tahan lagi. Saya
mengirim pesan kepada Lilis. Walaupun, saya merasa kecewa karna Lilis tidak
membalasnya, tapi itu sudah membuatku lebih lega, karna saat proses ta’aruf
kami tidak boleh bertemu.
Setelah menemukan hari yang tepat, saya
bersama ustad menemui orang tua Lilis untuk melamarnya. Ketika bertemu orang
tuanya, saya merasa deg-degkan, takut di tolak, bahagia, gugup, yang semuanya
bercampur menjadi satu.
Awalnya
orang tua Lilis merasa ragu denganku, yang tiba-tiba saja langsung datang
melamar. Tapi, itu tidak membuatku menyerah dan terus meyakinkan orang tuanya bahwa
saya benar-benar serius akan menikahi Lilis. Akhirnya, lamaranku di terima.
Saya merasa sangat bahagia, dan segera memberi tahu kabar gembira ini kepada
keluarga besarku di Makassar.
Pada awal tahun ini, kami melaksanakan
pernikahan yang sangat meriah. Walaupun, kami dipertemukan hanya dalam ta’aruf dengan
waktu yang sangat singkat hanya 1 bulan. Tapi, saya yakin Lilis adalah cinta
sejatiku karena jodoh tidak akan kemana-mana. “I believe, you are my true love,
Lis.” bisikku kepada Lilis. Guys, ini bukan akhirku tapi awal dari cerita my true love yang sebenarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar