Minggu, 22 November 2015

Menemukan Cinta Sejati dalam Ta'aruf

    Cinta sejati? Apakah kalian tahu apa itu cinta sejati (true love)? Menurut buku yang ku baca, cinta sejati yang sebenarnya dalam padangan agama itu adalah kepada Allah Swt. dan Rasulullah Saw. bukan hanya kepada manusia. Cinta sejati adalah suatu hubungan yang selalu ingin bertemu. Istri dianggap sebagai pasangan yang membuat kita lebih kuat beribadah kepada Allah Swt.
    Guys, perkenalkan namaku Ardiansyah, dan sering di panggil Ardi. Profesiku adalah seorang pendidik di sebuah SMA ternama di Bogor. Namun, saya berasal dari Makassar. Kalian pasti tau dimana Makassar? Di umurku yang sudah hampir menginjak kepala tiga, saya masih jomblo dan yang artinya belum menemukan my true love (cinta sejatiku). Namun, itu bukanlah penghalang bagiku untuk mencari my true love, walaupun kadang masih ragu untukku segera menikah.
***
    Sebagai seorang perantau mengharuskanku berbelanja bahan-bahan kebutuhan sehari-hari, di toko yang tak jauh dari rumahku. Saking sibuknya mengingat barang apa lagi yang harus dibeli, tanpa sengaja saya menabrak seseorang.
Druuuk… Aduhhh…
“Maaf pak, saya tidak sengaja. Bapak baik-baik sajakan?” seruku dengan rasa bersalah. Kemudian, saya langsung menolong bapak itu, untuk mengambil barang-barangnya yang terjatuh.
“Iya, tidak apa-apa. Lain kali kalau lagi jalan itu hati-hati nak, jangan suka menghayal! Eh, kamu… kamu bukannya ardi?” jawab bapak itu.
“Iya aku ardi, kok bapak kenal ? (sambil berdiri dan melihat bapak itu) ini u…ustad Rahmankan? Ini betul ustad rahmankan? Kenapa ustad bisa di sini?”
Tak disangka, ternyata bapak yang ku tabrak adalah ustadku ketika di Makassar. Kami pun bercakap-cakap, karena sudah lama kami tidak bertemu.
Dari kejadian itu, saya diajak untuk mengikuti pengajian-pengajian yang diisi beliau. Suatu ketika di sebuah pengajian, saya mengetahui jika kaum laki-laki yang sudah mampu untuk menikah harus segera untuk melaksanakannya. Karena itu, sekarang saya sudah membulatkan tekad untuk segera menikah, namun saya belum menemukan wanita yang tepat sebagai pendampingku.
Karena bingung, akhirnya saya meminta saran kepada ustad Rahman untuk mencarikan seorang istri. Kemudian, ustad tersebut berkata kepadaku,
“Ardi, bagaimana kalau kamu melakukan ta’aruf saja ? “ tanyanya kepadaku.
“Ta’aruf ? apa itu ta’aruf, ustad ? Rasanya aku baru pertama kali mendengarnya.” tanyaku dengan bingung.
“Begini Ardi, ta’aruf itu adalah suatu perkenalan antara seorang laki-laki dan perempuan yang sudah siap untuk menikah. Perkenalan ini tidak dilakukan dalam berdua-duaan, tapi akan di dampingi oleh pembina masing-masing. Kamu akan mengatahui indahnya pacaran setelah menikah melalui ta’aruf. Menikah dapat mehilangkan keraguan dan ketakutan yang selama ini mungkin kamu rasakan.” jelas ustad padaku.
            “Hmmm boleh juga tuh, kan tidak masalah kalau aku mencoba melakukan ta’aruf. Siapa tau dengan ini, saya bisa akan mendapatkan wanita yang selama ini saya cari.” gumamku dalam hati.
Aku pun menanyai lebih jelas lagi tentang proses ta’aruf pada ustad Rahman. Setelah mendapat penjelasan rinci tentang ta’aruf dari ustad. Dengan yakin, aku berkata "Baiklah, saya akan melakukan ta’aruf. Mohon bantuan ustad untuk membimbingku dalam segala proses ta’aruf ini !”
“Saya pasti siap membantumu dalam segala proses ta’aruf ini, Ardi. Kamu tidak perlu khwatir.” seru ustad dengan bahagia setelah mendengarkan ucapanku.
            Pertama-tama, ustad menyuruhku mengisi formulir identitas diri. Dengan semangat 45, saya mulai mengisi formulir itu dengan harapan bisa menemukan my true love yang tentunya dapat menerimaku apa adanya, bukan ada apanya.
            Dalam proses ini, pembina dari pihakku (ustad ) dengan pihak perempuan (ustazah) akan saling menukar formulir, dan akan memberikan formulir itu kepada kedua pihak. Dan akhirnya, saya mendapatkan formulir seorang wanita yang bernama Lilis. Jika saya tidak mengembalikan formulir identitas diri Lilis, ini berarti saya setuju untuk melakukan ta’aruf dengannya dan sebaliknya.
Ketika membaca formulirnya, saya sudah mulai tertarik dengannya. Akhirnya saya mensetujui untuk melakukan ta’aruf dengannya, begitu pun dengan Lilis yang juga setuju. Kemudian, ustad dan ustazah membuat perjanjian untuk mempertemukanku dengan Lilis, saya tidak sabar untuk segera bertemu walaupun didampingi masing-masing pihak pembina. Pertemuan ini dilakukan untuk menanyakan hal-hal yang ingin diketahui yang tidak tercantum dalam biodata.
Ini awal pertemuanku, saya merasa malu, deg-degkan dan juga grogi. Namun semuanya berubah, setelah bertemu langsung dengannya.
Setelah proses tanya jawab selesai, saya yakin untuk menikahinya. Saya pun menyakinkan Lilis bahwa saya serius untuk menikahinya. Kemudian, Lilis menyarankanku untuk segera menemui orang tuanya.
Dengan penuh kegembiraan aku mengatakan, “Baiklah kalau begitu, aku pasti akan segera menemui orang tuamu.”
            Setelah pertemuan itu, saya ingin sekali bertemu kembali dengan Lilis. Untungnya, saya mempunyai alamat emailnya. Dengan rasa rindu yang mengebu-gebu, yang tidak bisa di tahan lagi. Saya mengirim pesan kepada Lilis. Walaupun, saya merasa kecewa karna Lilis tidak membalasnya, tapi itu sudah membuatku lebih lega, karna saat proses ta’aruf kami tidak boleh bertemu.
            Setelah menemukan hari yang tepat, saya bersama ustad menemui orang tua Lilis untuk melamarnya. Ketika bertemu orang tuanya, saya merasa deg-degkan, takut di tolak, bahagia, gugup, yang semuanya bercampur menjadi satu.
Awalnya orang tua Lilis merasa ragu denganku, yang tiba-tiba saja langsung datang melamar. Tapi, itu tidak membuatku menyerah dan terus meyakinkan orang tuanya bahwa saya benar-benar serius akan menikahi Lilis. Akhirnya, lamaranku di terima. Saya merasa sangat bahagia, dan segera memberi tahu kabar gembira ini kepada keluarga besarku di Makassar.
            Pada awal tahun ini, kami melaksanakan pernikahan yang sangat meriah. Walaupun, kami dipertemukan hanya dalam ta’aruf dengan waktu yang sangat singkat hanya 1 bulan. Tapi, saya yakin Lilis adalah cinta sejatiku karena jodoh tidak akan kemana-mana. “I believe, you are my true love, Lis.” bisikku kepada Lilis. Guys, ini bukan akhirku tapi awal dari cerita my true love yang sebenarnya.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar